Aku belum pernah nonton film 3D Doraemon Stand By Me tapi kudengar film itu benar-benar sukses tayang di Jepang. Katanya hampir setiap orang yang menontonnya meneteskan air mata.
Film doraemon adalah salah satu film kartun favoritku dan seluruh anak yang satu generasi denganku dulu. Jika kamu pernah bangun pagi-pagi di hari Minggu untuk menunggu film doraemon dimulai berarti masa kecilmu bahagia. Begitulah kata orang-orang.
Lewat Doraemon dan alat-alat ajaibnya, Fujiko F. Fujio ingin kita berimajinasi jauh ke masa depan dan berpikir kreatif untuk menyelesaikan masalah. Doraemon sebagai salah satu anime pertama yang mengangkat latar kehidupan sehari-hari seorang siswa juga menggugah semangat mangaka (komikus Jepang) lainnya untuk berlomba menciptakan karakter dan cerita inspiratif yang pada akhirnya membentuk kesetiakawanan, semangat pantang menyerah dan mental pekerja keras pada diri setiap anak muda Jepang yang menontonnya.
Hasilnya? Kita bisa lihat hari ini, beberapa tahun setelah film-film itu ditayangkan, Jepang menjadi sebuah negara yang sangat maju. Hari ini, anak-anak yang telah dipenuhi visi futuristik tadi telah tumbuh dewasa dan menjadi orang-orang penting yang bisa menggerakkan roda perekonomian. Berbeda jauh dengan negara kita.
KARTUN KITA TIDAK DIFILTER
Pada masaku dulu mungkin kita masih bisa melihat anak-anak menonton Doraemon tapi sekarang? Apa pernah kalian lihat anak-anak bangun untuk menunggu film doraemon lagi? Aku kira jarang kan? Bahkan jangan-jangan kalianlah yang ingin menonton doraemon tapi adik kalian yang menguasai remote justru malah ingin nonton yang lain.
Aku sangat menyayangkan betapa tidak pekanya pemerintah saat membiarkan acara bodoh seperti Spongebob Squarepants masuk dan mempengaruhi setiap generasi muda kita. Sebuah hiburan boleh saja lucu tapi apa harus membodohi? Bukannya masih banyak pilihan acara hiburan lain yang lebih cerdas? Aku lebih mengapresiasi acara “Pada Zaman Dahulu” dan “Upin Ipin” ketimbang film Nickelodeon seperti “Chalk Zone” yang latar kebudayaannya benar-benar berbeda jauh dengan kebudayaan kita.
Film-film yang mencerdaskan seperti “Jimmy Neutron” harusnya menjadi prioritas utama pemerintah saat menyaring dan menyeleksi film-film mana saja yang boleh mempengaruhi generasi muda kita. Bukannya film-film yang sebaliknya.
ANAK-ANAK TAK LAGI NONTON KARTUN
Yang lebih mengagetkan lagi adalah, ternyata anak-anak sekarang lebih suka nonton Ganteng-Ganteng Serigala dan Emak Ijah Nggak Sampe-Sampe Ke Mekah ketimbang kartun. Mereka juga hari ini lebih banyak nonton acara pembodohan seperti Dahsyat ketimbang National Geographic.
Itu adalah akibat kurangnya kesadaran, perhatian dan pengawasan orang tua pada apa yang ditonton anak mereka. Itu juga akibat lemahnya pengawasan pemerintah. Sepertinya tidak ada yang peduli akan jadi apa anak-anak ini kelak.
Anak-anak ini lewat sinetron-sinetron itu nantinya akan dibentuk untuk memiliki karakter hedonis yang mendewakan materi dan uang karena latar seperti itulah yang senantiasa mereka lihat. Mereka juga akan dibentuk untuk menjadi pengumpat seperti Muhidin dan mereka juga akan dibentuk menjadi orang yang akan melihat seorang berpeci seperti orang bodoh karena begitulah yang biasa mereka lihat dalam sinetron.
Kita rindu pada acara Si Doel yang penuh dengan pesan moral yang baik. Kita juga rindu pada acara Keluarga Cemara yang mengajarkan kesederhanaan. Tapi sepertinya pemerintah lebih suka jika moral kita rusak dan hancur karena alasan yang tidak bisa kumengerti.
Kita tak bisa mengandalkan pemerintah lagi dalam menghentikan acara-acara ini. Kita harus berusaha sendiri jika tidak ingin adik-adik kita dibodoh-bodohi lagi. Karena itu matikanlah TV, hancurkan dan buang ia ke tempat sampah. Karena hanya dengan cara itulah kalian bisa melindungi keluarga kalian dari cengkeraman perang pemikiran yang dilancarkan pihak asing ke dalam rumah kita.







0 komentar:
Posting Komentar