Review, rekomendasi dan kritik film bermutu.

Rabu, 28 Oktober 2015

Film Horor Tontonan Orang-Tidak Berpendidikan

kalau takut ya gak usah nonton film horor - gak bagus pengaruh dan efeknya untuk perkambangan psikologis
Aku teringat pada seorang temanku yang suka nonton film horor. Film yang menurut tidak ada enaknya. Aku tidak sedang menceritakan film horor Indonesia yang cuma menjual paha dan dada ayam-ayaman tanpa ada kualitas efek yang bagus atau bahkan alur yang bagus. Aku sedang menceritakan film-film horor yang beneran horor Thailand, Hollywood dan Jepang. (Bahkan film Thailand mampu mengalahkan perfilman Indonesia)


Jadi kita kembali ke temanku tadi. Orang yang suka nonton film horor. Kalian harus tahu betapa bingungnya aku melihat orang seperti dia ini. Mereka membeli tiket nonton 35 ribu, berharap dapat hiburan yang baik, dan setelah nonton mereka jadi ketakutan sendiri dan terganggu karena film itu. Apa sih yang sebenernya mereka beli?


Mereka cuma beli sesuatu yang bikin suasana hati mereka jadi gak enak dan hebatnya mereka senang dengan perasaan tidak enak itu. Mungkin mereka kagum, bagaimana film itu bisa membolak-balik pikiran dan perasaan mereka. Itulah yang mereka beli.

Aku pernah mewawancarainya. Sebenarnya mereka tahu bakal jadi gak enak moodnya setelah nonton itu, ada yang ketakutan, ada yang kejijikan, ada yang pikirannya jadi gak sehat tapi! Tapi mereka tetap nonton untuk satu alasan yang gak mutu banget. PENASARAN!


Bisa-bisanya cuma gara-gara penasaran akhirnya gimana, apakah si tokoh utama mati atau gak, gimana cara tokoh utamanya selamat atau mati, atau gimana sebenarnya latar belakang cerita si setannya, mereka akhirnya rela membuang kesenangan dalam hatinya untuk mendapatkan ending itu.

Mereka beda sekali dengan aku yang masuk akal. Aku mencari film sebagai hiburan di waktu senggang liburan, yang kuharap bisa memberi inspirasi atau membuat senang hati. Aku tidak akan nonton jika film itu cuma mengandalkan trailernya yang bagus atau bikin penasaran. Aku tidak penasaran. Peduli amat! pikirku. Enggak ada untungnya nonton film yang merusak jiwa.


Parahnya film-film ini tidak hanya merusak pikiran tapi juga jiwa. Ini membuat jiwa kita gak sehat dan itu bisa mengganggu orang-orang di sekitar kita karena setelah itu prilaku kita akan semakin aneh tanpa kita sadari (kecuali kalau aku temanmu, pasti akan kusadarkan)

Parahnya lagi? Kesadaran orang indonesia akan rating film dan game rendah. Aku bahkan ragu kalian tahu Everyone, Teen, dan Mature. Alhamdulillah sebagai gamer aku tahu.


Tidak semua hal boleh dilihat oleh anak kecil karena mereka pembelajar yang sangat cepat yang bisa mencontoh apa saja yang dia lihat. Masalahnya sejak ditemukannya kamera, komputer dan televisi, anak-anak tidak hanya hidup untuk menyaksikan apa saja yang terjadi di dunia nyata di depannya tapi juga menyaksikan apa yang dibalik layar. Orang tua sangat peduli dengan siapa anak bergaul tapi sering kali luput tentang apa yang ditonton anaknya di TV. Mereka hanya tahu berita, infotainmen, sinetron atau kartun. Sebatas itu.

Sebenarnya pemerintah juga sudah berusaha membantu dengan memberi label, Bimbingan orang tua (BO), Remaja (R), Anak (A), Dewasa (D) pada masa-masa awal pertelevisian karena pada masa itu kesadaran mereka akan bahaya konten televisi masih bagus. Tapi sekarang mereka telah menjadi buta atau sesuatu telah membutakan mereka. Filter seperti itu kurang digalakkan lagi. Dan 90% lebih dari kalian pasti tak peduli pada label A, R, BO dan D di sudut TV. Kalau kalian saja tak peduli, bagaimana mereka yang tidak sampai ke blogku?
harusnya orang tua lebih memperhatikan arti dan makna rating pada game dan film untuk perkembangan kejiwaan anak
Makanya di game luar negeri, ada label Everyone yang bisa mainkan semua umur, termasuk anak, ada yang Teen yang mulai memasukkan unsur seks dan percintaan, ada yang Mature yang memuat kekerasan, darah, dan segala hal kedewasaan lainnya yang bisa merusak perkembangan kejiwaan anak jika mengetahuinya. Bahkan seharusnya Mature itu juga tidak boleh dilihat orang dewasa. Harusnya namanya diganti jadi (D) Dead, artinya hanya orang mati yang boleh main game itu atau nonton.


Akhirnya aku melarang temanku tadi nonton film horor, dan alhamdulillah sekarang dia mengerti kenapa aku melarangnya. Sungguh senang rasanya menyelamatkan satu jiwa dari pengaruh buruknya. Tapi di luar sana masih banyak yang perlu diselamatkan sementara mereka tidak merasa perlu diselamatkan dari apapun. Sungguh lelah rasanya membantu menyelamatkan orang yang tak mau ditolong seperti itu. (Aku tidak sesabar Nabi Nuh untuk terus memperingatkan mereka seorang diri) Jadi aku harap kalian mau membantuku untuk mempromosikan film-film bermutu ketimbang horor, apalagi horor gawat darurat pahadadanya Indonesia. Itu pun kalau kalian bukan termasuk salah satu dari orang-orang bodoh yang tak ingin diselamatkan itu.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Pengikut