Review, rekomendasi dan kritik film bermutu.

Minggu, 14 Mei 2017

Nasdem dan Metro TV (Kritik dan Saran)


Partai Nasdem baru-baru ini resmi mengusung Kang Emil (Sapaan akrab Ridwan Kamil) sebagai calon gubernur Jabar, meskipun perhelatannya baru akan dilangsungkan beberapa bulan lagi. Tapi, seolah partai yang didirikan Surya Paloh ini ingin menekankan eksistensi bahwa mereka akan terus mendukung putra-putri terbaik bangsa untuk memimpin di daerah, salah satunya ya Kang Emil. Tidak salah memang, tapi jika terlalu digembar-gemborkan melalui media sekelas Metro TV beberapa hari yang lalu sampai masuk program Prime Time News, saya rasa malah menjadi sedikit lebay.  Jadi, pemirsa yang menontonnya, akan merasakan pemberitaan partai ini begitu mencolok, ya sebelas dua belas tampaknya dengan tv-tv milik HT, yang sekaligus pemilik MNC Media Group.

Memang, kepemilikan media tidak akan terhindar dari konten media yang disajikannya. Dalam pendekatan ekonomi politik, kepemilikan media (media ownership) mempunyai arti penting untuk melihat peran, ideologi, konten media dan efek yang ditimbulkan media kepada masyarakat. Walhasil, para pemilik media merupakan pihak yang kuat yang belum dapat “ditundukkan” dalam alam demokrasi. Golding dan Murdock melihat adanya hubungan erat antara pemilik media dengan kontrol media sebagai sebuah hubungan tidak langsung. Lebih lanjut Ecep S. Yasa mengatakan, bahwa pemilik media dapat memengaruhi independensi media tersebut. Independensi menjadi area abu-abu. Bisa tidaknya sebuah paket pemberitaan ditayangkan menjadi kewenangan pemilik media. Hal ini kemudian sangat bergantung pada ideologi, kepentingan dan afiliasi politik media.

Dalam menjalankan usahanya, media atau pemilik media bersingungan dengan kekuasaan. Para pemilik media kerap ditemukan sebagai elite-elite bisnis industri yang berhubungan erat dengan para elite pemegang kekuasaan. Maka, pemberitaan menjadi tidak bebas lagi; muatannya kerap memperhitungkan aspek politik. Produk pemberitaan menjadi margin kepentingan politik. Tema-tema termasuk Nasdem mengusung Kang Emil sebagai Jabar 1 disesuaikan dengan orientasi tersebut. Tentu kita ingin kenetralan Metro TV terbentuk sebagaimana awal mulanya ia berdiri sebagai tv berita pertama di negeri ini. Jangan malah semakin parah menjadi sebuah alat corong politik.

Tentu alangkah lebih baik, jika sebuah tv dimanfaatkan buat sebesar-besarnya kemanfaatan rakyat dan bukan buat kepentingan partai sendiri, walaupun mengatasnamakan kesejahteraan rakyat. Alangkah lebih baik, jika tv sebagai watchdog tetap bersikap kritik yang membangun, bukan malah tumpul kepada tuannya. Walaupun mengharapkan tv menjadi lembaga yang netral merupakan pepesan kosong, namun mendambakan tv yang berpihak kepada rakyat tentu bukanlah pilihan yang sulit. Asalkan si empunya mau berbesar hati. Pertanyaannya, “Maukah seseorang membuang begitu saja alat yang mampu mendongkrak citranya?” tentu saja dengan sangat berat hati.

Jangan sampai, Metro TV yang kami banggakan tidak segarang dulu, malah terkesan membabi buta dalam memberitakan satu pihak saja, yang seolah paling benar dan tanpa cacat cela, sehingga minim kritik bahkan tanpa analisis lebih tajam. Mungkin ada benarnya, bahwa sejarah pers menunjukkan, bahwa media cenderung mementingkan kepentingan pemilik, sedangkan pada saat yang sama melanggengkan kesan bahwa pers adalah untuk melayani kepentingan pengguna berita. Terlalu berangan-angan bila berharap bahwa media berita akan berbelok 180 derajat dan mencemoohkan keinginan pemilik. Wallahu ‘alam bish shawab. Wassalammu’alaikum J
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Pengikut