Review, rekomendasi dan kritik film bermutu.

Minggu, 07 Mei 2017

Rumah Uya

Sebut saja nama acaranya Rumah Uya. Acara alay yang alay ini sebenarnya telah salah langkah ketika menghadirkan acaranya dalam bentuk live.

Acara ini menyelesaikan permasalahan siapapun yang datang ke acara itu, pastilah semuanya berhubungan dengan percintaan.

Jadi, alurnya adalah seseorang mendaftar entah dengan cara apa---mengirimkan rincian kisah lewat email---lalu mereka dipanggil oleh kreatif acara dan taraaa ... acara dimulai.

Mereka menjalankan acara ini dengan mode 'taping', artinya syuting dilakukan tempo hari dan sudah lewat proses 'editing' baru ditayangkan.

Dengan mode tayang seperti itu, setiap selesai syuting, orang yang diselesaikan masalahnya akan ditanya apakah mau ini ditayangkan atau tidak.

Bukan cuma orang yang diselesaikan masalahnya, orang yang juga terlibat akan diminta persetujuannya untuk menayangkan acara ini atau tidak.

Itu saat 'taping'. Beberapa minggu setelahnya mereka memutuskan untuk menayangkan acara ini dalam bentuk 'live'. Srreeett! Runtuhlah susunan acara ini.

Dengan ditayangkan 'live', tidak ada lagi unsur meminta persetujuan ini layak tayang atau tidak.

"Pastilah mereka memintanya sebelum acara."
Tidak, Kawan. Mereka tidak bisa melakukan itu. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi saat acara itu berlangsung? Aib terbongkar? Rahasia genting?

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa bisa ditayangkan 'live'? Bisa tebak jawabannya?

Acara itu settingan. Selesai sudah permasalahan.


Acara itu tentunya sudah diatur sedemikian rupa. Semuanya bohongan. Skenario buatan, pemain drama amatiran, dan semua hal yang memperburuk keadaan televisi Indonesia.

Yap! Ini hanya pandangan amatir. Hanya saja, sepertinya Ini benar.
Share:

2 komentar:

  1. Kalau memang begitu gak ada bedanya sama reality show katakan cinta atau putus ya..

    BalasHapus

BTemplates.com

Pengikut